Di sudut Kp. Sakamangan, Desa Mekarwangi, Kec. Cibalong, berdiri pesantren sederhana bernama An-Najah rumah para santri menuntut ilmu di tengah segala keterbatasan. Bangunan yang usang, ruang belajar yang masih terbuka tanpa dinding, serta atap bocor yang membuat mereka basah saat hujan, menjadi keseharian yang mereka hadapi dengan tabah. Di balik bertahannya pesantren ini ada Bu Iis, seorang guru yang menghidupi pesantren dari penghasilan sekitar tiga puluh ribu rupiah sehari hasil menjual jajanan sekolah. Setiap hari ia berkeliling dari sekolah ke sekolah demi memastikan para santri tetap bisa belajar, meski ruangan mereka jauh dari kata layak.

Para santri memiliki mimpi besar yaitu menghafal Al-Qur’an, memahami ilmu agama, dan menjadi penerus bangsa yang berakhlak mulia. Namun keterbatasan fasilitas membuat perjalanan mereka begitu berat. Ruang terbuka membuat mereka kedinginan saat hujan dan kepanasan saat terik. Bahkan untuk belajar pun mereka hanya beralaskan lantai, tanpa meja, tanpa kursi, dan tanpa papan tulis yang layak. Saat ini An-Najah membutuhkan dana sekitar Rp70.000.000 untuk membangun ruangan belajar yang tertutup dan aman, serta menyediakan perlengkapan dasar seperti meja, kursi, dan papan tulis agar para santri bisa belajar dengan layak.

Mari kita ulurkan tangan untuk Pesantren An-Najah Cibalong. Setiap rejeki yang sisihkan bukan hanya membangun ruangan, tetapi juga membangun masa depan mereka. Amal jariyah akan mengalir tanpa putus, selama ayat-ayat Al-Qur’an terus dibaca di tempat yang kita bantu wujudkan.Jangan tunda kebaikanmu hari ini.

Legalitas